BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan yang lahir dari
kebutuhan
dasar (basic need)
manusia dalam upaya
meningkatkan peradabannya. Fungsi
utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi antar manusia dan
fungsi lain adalah
sebagai alat berfikir,
mengungkapkan perasaan dan
pendukung keseluruhan
pengetahuan manusia.[1]
Bahasa Arab juga sebagai bahasa dunia bahkan bahasa Arab memiliki
fungsi yang sangat istimewa dari bahasa-bahasa lain ya, bukan saja bahasa Arab
memiliki nilai sastra yang tinggi bagi mereka yang mengetahui dan mendalaminya,
di lain pihak bahasa Arab ditakdirkan sebagai bahasa al-Qur’an, yakni
mengkomunikasikan kalam Allah.[2]
Para ahli psikologi pembalajaran sepakat bahwa dalam proses
belajar-mengajar terdapat unsur-unsur (1) internal, yaitu bakat, minat,
kemauan, dan pengalaman terdahulu dalam diri pembelajar; dan (2)eksternal,
yaitu lingkungan guru, buku teks, dsb.[3]
Hingga dulu sampai saat ini bahasa Arab masih dianggap sebagai
“momok” yang dipersepsikan sebagai pelajaran yang sulit dan membosankan, banyak anak
yang sama sekali
tidak tertarik dan
bahkan merasa benci
dan takut dalam belajar
bahasa Arab sehingga
mereka merasa cemas
dan takut, kalau dibiarkan hal ini dapat menghambat
perkembangan pengetahuan mereka.
Sebenarnya, rasa cemas
(khawatir) dan takut
terhadap bahasa Arab
tidaklah selalu berdampak
negatif karena pada
dasarnya perasaan takut
itu akan memicu otak
emosional, bagian rasa
cemas yang muncul
akan memusatkan perhatian pada
ancaman yang sedang
dihadapi, memaksakan pikiran
untuk terus menerus memikirkan bagaimana
mengatasi permasalahan yang ada
dan mengabaikan hal-hal lain
untuk sementara waktu,
sehingga siswa akan memfokuskan diri pada permasalahan
bahasa Arab yang sedang dihadapinya.
Siswa yang merasa takut terhadap bahasa Arab sering kali mudah
menjadi sangat gelisah dan memerlukan waktu lama untuk menghilangkan
sumber-sumber ketakutan itu. Ketakutan
siswa akan meningkat
dan biasanya mereka
mudah melupakan materi yang
mereka pelajari. Jadi
ketakutan terhadap bahasa
Arab memegang peranan penting bagi seseorang (siswa) dalam menghindarkan
diri dari mempelajari dan menggunakan keterampilan-keterampilan berbahasa
(Arab). Kecerdasan Emosional dengan
melihat gejala-gejala diatas
menunjukan adanya suatu gangguan
mental dan emosi
atau yang sering
dikenal dengan keterlantaran
emosi (emotional deprivation), dalam hal ini anak-anak tidak cukup
mendapatkan pengalaman tetapi
kegembiraan, kebahagiaan dan
kasih sayang dalam belajar bahasa
Arab juga harus di dapatkan.
Daniel goleman, penulis
buku “Emotional Intelligence”
menyampaikan analisisnya
bahwa kecerdasan emosi
sangat penting perannya
dalam menentukan keberhasilan seseorang.
Sedang Maurice J.
Elias dkk dalam buku
mereka yang berjudul “Cara-Cara
Efektif Mengasah EQ
Remaja” mengatakan bahwa pengasuhan anak
dengan EQ meminta
orang tua (guru) berfokus pada
kekuatan anak-anak, disamping memberi keterampilan yang mereka butuhkan
dalam hidup Mereka.[4]
MTs Nurussa’dah Sangkulirang Kalimantan Timur adalah salah satu
lembaga pendidikan Islam yang ada di Desa Benua Baru Ilir, Kecamatan
Sangkulirang, Kalimantan timur dan berperan di masyarakat yang bertujuan
membentuk generasi muda yang bisa menjadi generasi penerus bangsa dan agama.
Untuk mewujudkan tersebut, tidaklah mudah seperti membalikkan telapak tangan
namun diperlukan perhatian khusus dalam mendidik dan membimbing siswa, bahkan
kesabaran menjadi faktor keberhasilan pendidik.
MTs Nurussa’dah Sangkulirang Kalimantan Timur yang dinilai cukup
unggul oleh masyarakat karena nilai-nilai Islam yang cukup didapatkan disana
namun kemampuan berbahasa Arab masih sangat kurang walaupun sebagian siswa
mendapatkan tambahan materi dari pesantren namun masih saja belum maksimal
hasilnya apalagi bagi siswa yang tidak mendapatkan tambahan dari pesantren
Dari latar belakang ini penulis kemudian tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul “PENDEKATAN KECERDASAN EMOSIONAL DALAM PEMBELAJARAN
BAHASA ARAB DI KELAS X (SEPULUH)
MADRASAH TSANAWIYAH SANGKULIRANG, KALIMANTAN TIMUR”
RUMUSAN
MASALAH
1. Bagaimana
pelaksanaan pendekatan kecerdasan emosional dalam pembelajaran bahasa Arab di
MTs Nurussa’dah Sangkulirang, Kalimantan Timur?
2. Apa saja
faktor-faktor pendukung dan penghambat pelaksaanaan pendekatan kecerdasan
emosional dalam pembelajaran bahasa Arab di MTs Nurussa’dah Sangkulirang,
Kalimantan Timur?
TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk
mengetahui pelaksanaan pendekatan kecerdasan emosional dalam pembelajaran
bahasa Arab di MTs Nurussa’dah Sangkulirang, Kalimantan Timur?
2. Untuk
mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat pelaksaanaan pendekatan
kecerdasan emosional dalam pembelajaran bahasa Arab di MTs Nurussa’dah
Sangkulirang, Kalimantan Timur?
MANFAAT PENELITIAN
1.
Sebagai bahan rujukan bagi pendidik maupun suatu lembaga pendidikan
untuk senantiasa berkreasi dan menemukan metode yang lebih baik lagi.
2.
Dapat menjadi sumbangan pemikiran terkhusus pada pengajar pendidik
bahasa Arab di dunia
KAJIAN PUSTAKA
Skripsi saudara Mustafa yang berjudul “Hubungan antara
Kecerdasan Emosional dengan religiusitas siswa di MAN Tempursari Ngawi”yang
mencoba menganalisis hubungan korelasi kecerdasan emosional dengan religiusitas
dikalangan para siswa di MAN Tempursari Ngawi.
Skripsi saudara Nur Kalam yang berjudul “Menumbuhkan Kecerdasan
Emosi pada Anak dengan Pendekatan Pendidikan Islam” yang membahas tentang
manfaat kecerdasan emosional pada anak dimana kanak-kanak awal dan hubungan
keluarga dengan anak serta bagaiaman pandangan islam tentang kecerdasan
emosional.
Skripsi saudara Imam Subkhi yang berjudul “Urgensi kecerdasan
Emosi dalam Proses Pembelajaran melalui pendekatan Konstruktivis dengan metode
Resitasi Experimen terhadap Prestasi Belajar Fisika” skripsi ini membahas
tentang pendekatan konstrutivis dengan menggunakan metode resitasi dan metode
experiment serta mengandalkan kecerdasan emosi siswa dalam meningkatkan
prestasi belajar Fisika siswa
Skripsi saudara M. Nurul Atik yang berjudul “Urgensi Pendekatan
Kecerdasan Emosional dalam Pembelajaran Bahasa Arab bagi Tingkat Pemula”yang
membahas tentang pentingnya belajar bahasa arab dengan menggunakan pendekatan
kecerdasan emosional bagi anak yang akan belajar bahasa Arab.
Skripsi saudari Neti Mardiati yang berjudl “Kecerdasan Emosional
Siswa Kelas II MTsN Yogyakarta Dalam Belajar Bahasa Arab” yang membahas
tentang konsep kecerdasan emosional siswa kelas II MTsN II dalam belajar bahasa
Arab.
BAB II
KAJIAN TEORI
Teori tentang variabel x
Teori Tentang
Kecerdasan Emosi
Istilah
kecerdasan emosi pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikolog
Peter Salovey dari
Harvard University dan Mayer
dari University of Harmshire
untuk menerangkan kualitas-kualitas emosional yang tampaknya penting bagi
keberhasilan.[5]
Kecerdasan Emosi
atau emotional intelligence
merujuk kepada
kemampuan mengenali
perasaan kita sendiri
dan perasaan orang
lain, kemampuan memotivasi diri
sendiri, dan kemampuan
mengelola emosi dengan baik pada
diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain.[6]Ia
juga merupakan bentuk
pengembangan dari salah
satu potensi penting yang dimiliki
manusia, yaitu emosi,
tanpa emosi manusia
akan menjadi lebih kecil
dibanding mesin-mesin yang dapat bekerja secara monoton dari hari kehari. Jalaluddin Rakhmat
mengatakan bahwa emosi
telah memberikan bumbu dalam
kehidupan; tanpa emosi,
hidup ini kering
dan gersang.
Istilah “emosi” itu berasal dari asal kata
movere, kata kerja bahasa latin yang
berarti “menggerak, bergerak”
ditambah awalan ”e-“
untuk memberi arti “
bergerak menjauh
(bergerak). Mengisyaratkan bahwa
kecenderungan bertindak merupakan hal yang mutlak dalam emosi.
James Daver
mengatakan emosi sebagai
suatu keadaan yang kompleks atas
organisme yang menyangkut
perubahan jasmani yang sifatnya luas (dalam pernafasan, denyut
jantung, kelenjar dan sebagainya). Dilihat
dari segi kejiwaan,
emosi adalah suatu
keadaan perangsang atau pertubasi (gusar
atau terganggu) yang
ditandai oleh perasaan
yang kuat. dan biasanya
ditandai oleh suatu
dorongan kearah bentuk
tingkah laku tertentu.[7]
Teori tentang variabel y
Tinjauan Tentang
Pembelajaran Bahasa Arab
dengan Pendekatan Kecerdasan
Emosional
Menurut
Oemar Hamalik pembelajaran
adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi
unsur-unsur manusiawi, material,
fasilitas, perlengkapan,
dan prosedur yang
saling mempengaruhi untuk tujuan
pembelajaran.[8]Pembelajaran juga
mengandung arti suatu
proses interaksi
antara peserta
didik dengan lingkungan,
sehingga terjadi perubahan
perilaku kearah
yang lebih baik
yang dipengaruhi beberapa
faktor baik
internal maupun
eksternal.
Sedangkan bahasa adalah suatu alat
komunikasi antar sesame manusia, dari itu lahirlah bahasa masyarakat tertentu
dengan tanpa harus bermusyawarah terlebih dahulu karena setiap masyarakat
menciptkan bahasa sendiri yang berfungsi untuk berkomunikasi dikalangan mereka
sendiri yang berfungsi untuk berkomunikasi dikalangan mereka sendiri yang
berfungsi untuk berkomunikasi dikalangan mereka sendiri, oleh sebab itu
lahirlah bahasa yang beraneka ragam
sesuai taraf masyarakat di mana bahasa itu lahir.[9]
Dengan demikian Pembelajaran bahasa Arab
di sini sebagai pembelajaran bahasa Arab pada suatu mata pelajaran bahasa yang
diajarkan di MTs Nurussa’dah Sangkulirang Kalimantan Timur.
Dalam melaksanakan pembelajaran bahasa
Arab dengan pendekatan kecerdasan emosional, sangat perlu memperhatikan
hubungan yang harmonis dan menciptakan interaksi belajar yang baik, hal ini
akan memudahkan guru untuk melibatkan siswa, memudahkan pengelolaan kelas,
memperpanjang waktu fokus, dan meningkatkan
kegembiraan.
Inilah yang penulis sebut dengan pendekatan kecerdasan emosional dalam
pembelajaran.
Berhasil
tidaknya suatu kegiatan pembelajaran pada dasarnya turut ditentukan oleh dua
hal, yaitu pengelolaan kelas dan pengajaran itu sendiri. Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan
memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi
gangguan dalam proses pembelajaran.Dengan kata lain adalah kegiatan-kegiatan
untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses
pembelajaran. Keberhasilan pengajaran, dalam arti tercapainya tujuan
instruksional sangat bergantung pada kemampuan mengatur kelas, kelas yang baik
dapat menciptakan situasi yang memungkinkan anak belajar sehingga merupakan
titik awal keberhasilan pengajaran. [10]
Secara psikologis pengelolaan kelas merupakan suatuproses
menciptakan iklim stau suasana emosional dan hubungan sosial yang positif ,
artinya ada hubungan yang baik dan positif antara guru dan anak didik atau
antara sesama peserta didik. Dalam hal ini guru adalah kunci terhadap
pembentukan hubungan pribadi yang sehat. sehingga guru dituntut memiliki
kecakapan emosional yang memadai yang meliputi:
a.
Menciptakan suasana yang rileks yaitu salah satunya dengan
melontarkan atau menyelipkan lelucon (humor) pada mereka. Tertawa seperti
halnya rasa bahagia agaknya dapat menolong orang berpikir dengan wawasan lebih
luas dan berasosiasi lebih bebas selain itu dapat juga memperkuat kemampuan
untuk berpikir dengan fleksibel dan dengan lebih kompleks sehingga memudahkan
menemukan pemecahan masalah.
b.
Kemampuan berempati dan
memahami cara pandang
orang lain yaitu dengan
tidak menyamaratakan siswa
karena siswa bukanlah
benda yang bisa disamaratakan.
c.
Kemampuan memotivasi dan
menanamkan rasa optimisme.
d.
Menggunakan kecakapan sosial
yang positif dalam
membina
hubungan yaitu
dengan cara mmenciptakan
hubungan yang harmonis
diantara guru
dan siswa dan juga antara siswa dan siswa Kemampuan membina hubungan sangat dibutuhkan dalam pembelajaran
bahasa Arab karena dalam belajar bahasa butuh praktek dan dalam mempraktekan
bahasa siswa cenderung butuh partneryang bisa diajak untuk mengembangkan
kebahasaan khususnya dalam hal ini adalah bahasa Arab.
Sementara pengajaran itu sendiri berkaitan dengan upaya pembentukan
pengetahuan kemampuan dan ketrampilan dan sikap siswa terhadap bahasa Arab,
dengan menempatkan dan melibatkan siswa secara aktif dan mengarahkan siswa
untuk menikmati ketika belajar bahasa Arab sehingga pengetahuan yang mereka
peroleh merupakan pengetahuan yang bermakna dan terikat secara emosional dalam
diri siswa.
Pada dasarnya semua kegiatan yang kita lakukan, temasuk kegiatan
pembelajaran di kelas itu tidak bisa terlepas dari aspek emosi. Emosi akan
menjadi faktor pendukung dalam pembelajaran apabila emosi tersebut dikelola
dengan baik namun juga bisamenjadi faktor penghambat pembelajaran apabila emosi
tidak dikelola secara tepat maka diperlukan adanya perhatian yang serius oleh
seorang guru terhadap keadaan emosi siswa dan memanfaatkanya dalam proses
pembelajaran, yaitu melalui optimalisasi kegiatan, interaksi belajar dan
pembinaan hubungan baik antara siswa maupun antara guru dan siswa.
BAB III
METODOLOGI
PENELITIAN
JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah
penelitian lapangan (field research)
dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Dalam
penelitian ini penulis
menggunakan pengumpulan data
yang diperoleh dengan melakukan penelitian secara
langsung dilapangan.Sedang
untuk menyelesaikan
permasalahan yang ada digunakan pendekatan
psikologis, artinya setiap topik
bahasan yang berhubungan
dengan penelitian ini
sebagian besar diuraikan
berdasarkan teori-teori psikologi.
SUBJEK PENELITIAN
MTs Nurussa’dah Sangkulirang Kalimantan Timur adalah salah satu
lembaga pendidikan Islam yang ada di Desa Benua Baru Ilir, Kecamatan
Sangkulirang, Kalimantan timur dan berperan di masyarakat yang bertujuan
membentuk generasi muda yang bisa menjadi generasi penerus bangsa dan agama.
Untuk mewujudkan tersebut, tidaklah mudah seperti membalikkan telapak tangan
namun diperlukan perhatian khusus dalam mendidik dan membimbing siswa, bahkan
kesabaran menjadi faktor keberhasilan pendidik.
OBJEK PENELITIAN
MTs Nurussa’dah Sangkulirang Kalimantan Timur kelas X namun karena jumlah
siswa kelas X (sepuluh) lebih dari seratus maka yang dijadikan
setting penelitian disini
adalah kelas Xa.
TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian
ini bertempat di Desa Benua Baru Ilir, Kecamatan Sangkulirang, provinsi
Kalimantan Timur pada pukul 10.00 WITA
POPULASI, SAMPEL DAN TEKNIK
SAMPLING
Keterangan:
f :
Frekuensi yang sedang di cari persentasenya.
N :
Number of cases (Jumlah frekuensi/banyaknya ind
ividu).
P :
Angka persentase
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
1.
Metode Observasi
Metode ini penulis
gunakan untuk menghimpun
data tentang situasi dan
kondisi lingkungan di MTs Nurussa’dah Sangkulirang, Kalimantan
Timur mengenai sarana prasarana dan fasilitas yang ada juga untuk melihat
langsung dari dekat tentang kegi
atan pembelajaran bahasa Arab. Observasi ini penulis lakukan dalam
proses pembelajaran pada siswa kelas
Xa MTs Nurussa’dah Sangkulirang,
Kalimantan Timur
2.
Metode Interview (Wawancara)
Metode ini penulis
gunakan untuk mendapatkan
data mengenai pendekatan kecerdasan
emosional yang dilakukan
oleh guru, hal-hal
mengenai latar belakang
madrasah, proses belajar
mengajar bahasa
Arab dan hal-hal
lain yang belum
terungkap dalam instrumen
penelitian ini. Adapun
pihak yang akan
diwawancarai adalah kepala
sekolah dan guru bahasa Arab.
3.
Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi
adalah mencari data mengenai
hal-hal yang berupa
catatan,transkrip, buku, surat
kabar, majalah, prasasti, notulen
rapat, leger, agenda,
dan sebagainya. Metode ini penulis
gunakan untuk memperoleh data
yang bersifat dokumentatif,
seperti: keadaan guru, siswa,
karyawan, sejarah berdirinya,
sarana dan prasarana
yang ada di MA al-Anwar Pacul Gowang Jombang.
4.
Kuesioner (Angket).
Angket adalah sebuah
metode pengumpulan data
melalui daftar
pertanyaan tertulis yang
di susun dan
disebarkan untuk mendapatkan
informasi atau keterangan
dari sumber data
yang berupa orang.. Metode ini
digunakan untuk mencari
tahu tentang sikap,
minat, dan respon siswa.
TEKNIK
ANALISIS DATA
Analisis data yang digunakan dalam pembahasan ini adalah analisis
data kualitatif yang
bersifat deskriptif analitik karena umumnya data yang
dikumpulkan bukan angka, kalaupun ada angka sifatnya hanya
penunjang.
Data yang dimaksud meliputi transkip, wawancara, cacatan data
lapangan,
foto-foto, dokumen, nota, dan catatan lain.
Kerangka analisis yang
penulis gunakan adalah
metode berfikir
induktif dan deduktif, yaitu, metode analisis masalah dengan cara berfikir
dari hal-hal yang
bersifat khusus kemudian
ditarik pada fakta atau peristiwa yang
bersifat umum kemudian
dikhususkan lagi pada umumnya cara
berfikir ini mencari
abstraksi-abstraksi yang disusun
atau
ditata secara khusus
atas dasar data
yang telah terkumpul
dan dikelompokan secara bersama-sama melalui pengumpulan data selama
proses kerja di lokasi penelitian.
Kemudian untuk memperoleh hasil penelitian yang lengkap, tepat dan
benar, maka diperlukan metode yang valid dalam menganalisis data. Dalam
menganalisa data yang ada, penulis menggunakan teknik analisa data kualitatif
sebagai berikut:
a.
Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang dibutuhkan maka penulis
mengumpulkan data dengan menggali informasi melalui
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Seperti yang sudah pen
ulis paparkan dimuka.
b.
Reduksi Data
Data yang didapat dilapangan langsung diketik atau ditulis dengan
rapi, terinci serta sistematis setiap selesai mengumpulkan data. Data-data yang
terkumpul semakin bertambah biasanya mencapai ratusan bahkan ribuan lembar.
Oleh sebab itu laporan itu harus dianalisis sejak dimulainya penelitian.
Laporan-laporan itu perlu direduksi, yaitu dengan memilih hal-hal pokok yang
sesuai dengan fokus penelitian.
Data-data yang telah direduksi memberikan gambaran yang tajam
tentang hasil pengamatan dan mempermudah penulis untuk mencarinya jika
sewaktu-waktu diperlukan.
c.
Penyajian Data
Yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberikankemungkinan
adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan melakukan
penyajian data diharapkan dapat mempermudah melakukan pemahaman terhadap
masalah yang dihadapi sehingga kesimpulan yang diambil bukan kesimpulan yang
gegabah atau terburu-terburu.
d.
Data Kuantitatif.
Terhadap data kuantitatif yang berwujud angka-angka hasil
perhitungan dan pengukuran diproses dengan menggunakan rumus sederhana yaitu
dengan prosentasi terhadap hasil angket dari responden dan kemudian di
tafsirkan dengan kalimat yang bersifat kualitatif.
Adapun
rumus yang dapat digunakan adalah :
Keterangan:
f : Frekuensi yang sedang di cari persentasenya.
N : Number of cases (Jumlah frekuensi/banyaknya ind
ividu).
P : Angka persentase
e.
Menarik Kesimpulan
Menarik kesimpulan adalah proses terpenting dan terakhir
dilakukan dalam analisis data kualitatif
LANGKAH-LANGKAH
PENELITIAN
Agar penelitian ini terfokus dan sistematis, penulis menuliskan
sistematika pembahasan sebagai gambaran umum penelitian sebagai berikut :
Bab I, Pendahuluan : Terdiri dari latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat peneletian dan kajian pustaka
Bab II, Kajian Teori : Terdiri dari Variabel x dan Variabel y
Bab III, Metodologi Penelitian : Terdiri dari jenis penelitian,
subjek penelitian objek penelitian tempat dan waktu penelitian,
populasi, sampel dan tekhnik sampling, teknik pengumpulan data, teknik analisis
data, langkah-langkah penelitian.
[1] Azyumardi Azra, Esei-esei Intelektual Muslim Dan Pendidikan Islam,
(Jakarta: Logos, 1999), hlm.13.
[2] Tayat Yusuf, Saiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama Dan Bahasa
Arab, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 1997 ), hlm, 187
[4] Dwiyono Iriyanto, Membangun Keluarga Cerdas Dunia Akhirat,
(Yogyakarta: Aksara Indonesia, 2006), hlm. 79
[5] Lowrence E.Sapiro, Mengajarkan Emotional Intellegence Pada Anak,
(Alih Bahasa; Alex Trikantjono, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,1998), hlm.5
[6] Daniel Goleman, Kecerdasan Emosional Untuk Mencapai Puncak
Prestasi, (alih bahasa; Alex Trikantjono, Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama,2003), hlm.512.
[7] James Daver,
Kamus Psikologi, (alih bahasa; Nanci
Simanjuntak, Jakarta: Bina Aksara, 1988), hlm.133
[8] Oemar Hamalik, Kurikulum Dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara,
2003), hlm.57
[9] Abdul Muin, Analisis Kontrastif Bahasa Indonesia Telaah Terhadap
FonetikDan Morfologi, (Jakarta: Pustaka al-Husna Baru, 2004), hlm.19
[10] Conny Semiawan dkk, Pendekatan Keterampilan Proses :Bagaimana
Mengaktifkan Siswa dalam Belajar, (Jakarta: PT Gramedia,1990), hlm.63
0 komentar:
Posting Komentar